Wayang Ukur
1. Definisi Wayang Ukur
Wayang Ukur, diciptakan oleh Ki Sigit Sukasman (seniman) asal Yogyakarta (1964) yang ceriteranya diambil dari Mahabarata dan Ramayana. Wayang ini proses pembuatannya selalu diukur-ukur bentuk tinggi dan panjang pundaknya sehingga sesuai dengan selera dan jiwa seninya inilah alasan mengapa dinamakan Wayang Ukur, bahkan dalam proses pembuatan bentuk fisik sudah banyak merubah bentuk pakem wayang pada umumnya. Selalu ada bentuk atau tokoh wayang baru dalam setiap kebutuhan untuk pertunjukan.
Saat itu ia membuat tokoh wayang Petruk dan Gareng yang agak berbeda dengan pakem yang sudah ada. Wayang kreasi baru Sukasman ini lebih menonjolkan ciri khas kedua tokoh punakawan itu. Misalnya, ia lebih menonjolkan kecacatan mata, tangan, dan kaki Gareng.
Perubahan bentuk wayang kreasi Sukasman itu sebenarnya didasarkan atas perhitungan ilmiah. Sukasman mencontohkan, huruf E jika dilihat dari jauh akan terlibat seperti huruf B. Karena itu, "sosok" huruf E harus "dikuruskan" agar tetap tertangkap mata dengan jelas dari jarak jauh. Pertimbangan Sukasman sangat rasional. Menonton pertunjukan wayang selalu dari jarak jauh. Itu sebabnya, Sukasman perlu memasukkan perhitungan teknis. Seperti apa yang ia ungkapkan dalam (http://www.isi.ac.id/main/index.php?categoryid=1&p2_articleid=183) "Saya hanya mencari ukuran baru dari ukuran yang sudah ada. Itulah Wayang Ukur," ujar Sukasman.
2. Bahan dasar pembuatan dan wilayah perkembangan Wayang Ukur
Bahan Dasar : Kulit kerbau, kulit sapi, kulit kambing dan tanduk kerbau. Hasil samakan dijadikan sebagai bahan pokok dalam membuat wayang kulit. Kulit kerbau merupakan kulit yang lazim digunakan karena bila dibandingkan dengan kulit sapi, memiliki kekuatan tarik, kemu-luran, dan suhu kerut yang lebih baik. Sementara itu kulit kambing jarang digunakan karena terlalu tipis. Dalam perkembangannya, Wayang Ukur berkembang di Yogyakarta dan di Solo.
3. Cerita yang dilakonkan wayang ukur
Wayang ukur yang biasa dipentaskan adalah Wayang Ukur Bisma Sang Mahawira, dengan mengambil lakon “Bisma Sang Mahawira”, yang berperang dalam mempertahankan negara. Wayang ukur buatan Ki Sukasman ini hanya memiliki durasi sekitar dua jam, namun tidak mengurangi esensi ceritanya. Wayang ini dipentaskan dalam bahasa Indonesia. Ceritanya masih banyak yang mengambil lakon kisah Mahabarata, namun ditambahkan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang hangat terjadi.
Wayang ukur dipentaskan dengan sentuhan kontemporer, dengan kaidah seni rupa dan teknik tata cahaya yang baru dengan memadukan unsur-unsur seni tari, teater, gamelan, dan seni sastra yang tidak lagi tunduk pada konvensi tradisi. Bila biasanya dalam pementasan wayang hanya ada satu orang dalang, maka pada pertunjukan wayang ukur terdapat tiga orang dalang. Pementasan wayang ukur juga menggabungkan iringan musik tradisional dengan gamelan kontemporer serta tata lampu yang semakin bervariasi.
Wayang Golek Purwa
1. Definisi Wayang Golek Purwa
Wayang golek adalah suatu seni pertunjukan wayang yang terbuat dari boneka kayu, terutama sangat popular di wilayah Tanah Pasundan. Wayang golek terbagi menjadi dua macam, yaitu wayang golek papak dan wayang golek purwa. Wayang golek yang banyak dikenal orang adalah wayang golek purwa.
Kata Golek, merupakan istilah Sunda untuk menafsir-kirata: yaitu ugal-egol ulak-olek (bergerak seperti menari). Bagian kepala merupakan unsur pokok pada wayang golek, kepala dibentuk dan dihias. Hiasan kepala diukir dengan pisau raut dan diberi warna. Kepala dan lengan golek termasuk kepada bagian yang bisa di ugal-egol ulak-olek. Pakaian yang dikenakan pada golek dibuat dari bahan kain, menutupi bagian bawah tubuh yang tidak berkaki. Sampurit atau gapit digunakan sebagai pegangan dalang ketika memainkan golek dan untuk menancapkan golek pada alas gebog (gedebok/batang pisang). Sedangkan ari golek dari bahasa Jawa yang berarti mencari, dimaksudkan agar setelah selasai mengikuti lakon, penonton bisa “nggoleki”, mencari inti pelajaran yang tersirat pada pagelaran itu.
2. Bahan dasar pembuatan Wayang Golek Purwa
Wayang golek biasanya dibuat dari bahan baku berupa kayu jenis albasia atau kayu lame. Kedua jenis kayu tersebut sengaja dipilih sebagai bahan baku karena kayu-kayu jenis tersebut mudah dibentuk. Bahan baku lainnya yang biasa digunakan adalah bahan cat serta peralatan pengecatan yang biasanya berupa alat cat semprot seperti banyak digunakan di bengkel-bengkel pengecatan mobil.
3. Wilayah Perkembangan Wayang Golek Purwa
Cirebon merupakan daerah pertama di Jawa Barat yang menjadi tempat
berkembangnya wayang. Wayang Kulit, (wiryanapura: Somatri 1989), adalah bentuk pertama yang ada di Cirebon. Perkembangannya berkaitan dengan pertumbuhan agama Islam, terutama ketika Sunan Gunung Jati (1479-1568) memerintah, wayang dimanfaatkan sebagai media dakwah keislaman.
4. Cerita yang dilakonkan Wayang Golek Purwa
Cerita / lakon wayang golek pada umumnya mengacu kepada pakem Padalangan pada umumnya, walaupun sudah banyak yang menyimpang dari aslinya. Acuan pakem padalangan yang digunakan :
• Babad Lokapala/Arjuna Sasrabahu
Istilah Babad Lokapala merupakan istilah pada Padalangan Sunda,sedangkan pada Padalangan Jawa disebut sebagai (Serat) Arjuna Sasrabahu. Lakon ini dapat dikatakan lebih tua daripada Ramayana, namun “sebenarnya” merupakan kisah Rahwana menuju kapada Cerita Ramayana. Karena mahirnya para pujangga, kisah ini seolah-olah runut, dari kisah paradewa-lahirnya Rahwana, Subali-Sugriwa, Arjuna Sasrabahu begitu juga hubungan kekeluargaan dari tokoh-tokoh dalam alur Cerita Babad Lokapala.
• Ramayana
Ramayana pada wayang golek purwa, mengacu kepada kisah asli; Ramayana, yang terdiri atas tujuh “kanda”:
1. Bala kanda, mengisahakan Kusya dan Lawa, menjadi “pengedar” dongeng kisah Rama yang tega mengusir Dewi Sinta yang sedang hamil. Sinta dipelihara oleh Resi Walmiki. Rama menyadari perilakunya.
2. Ayodya kanda, kisah Kusya dan Lawa, yang mengisahkan Leluhur Rama. Kisah Dasarata yang akan melantik Rama menjadi raja, digagalkan Dwei Kakeyi yang menuntut anaknya Barata dijadikan raja. Padahal Barata tidak menghendakinya. Rama harus dibuang ke hutan.
3. Arania kanda: mengisahkan kehidupan Rama, Sinta dan Laksmana di hutan Dandaka. Kanda ini diakhiri dengan diculiknya Dewi Sinta oleh Rahwana, dan Rama mencari permaisurinya.
4. Kiskenda kanda, mengisahkan pertarungan Resi Sobali dan Sugriwa. Dengan pertolongan Rama, Sobali dapat dibunuh. Dengan matinya Sobali, Sugriwa mengerahkan rakyatnya membantu Rama.
5. Sundara kanda, Anoman diutus memberikan cincin Batara Rama kepada Dewi Sinta. Anoman memberikan cincin Rama di taman Soka, dan Sinta memberikan Konde (Cundamanik). Anoman dikepung oleh wadiabala Alengka. Anoman membakar sebagian Alengka. Babak ini sering disebut Anoman Duta.
6. Yuda kanda, mengisahkan perang antara Rama dan Rahwana, yang diakhiri dengan kematian Rahwana, karena dihimpit gunung Sondara-Sondari. Diakhiri dengan kembalinya Dewi Sinta ke Ayodya, disertai Dewi Trijata.
7. Utara kanda, untuk membersiihkan tudingan masyarakat, karena prasangka akan kesucian Dewi Sinta. Karena Sinta merupakan isteri setia,Sinta tetap tanpa cacat walaupun dibakar. Masyarakat percaya dan Rama menerima Sinta sebagi permasurinya. Babak ini sering disebut dengan Sinta Labuhgeni atau Sinta Obong. Namun masyarakat tetap berburuk sangka, setelah Sinta dinyatakan suci, Sinta kembali ke hutan dan dipelihara oleh Resi Walmiki, sampai melahirkan Kusa dan Lawa. Sinta diminta untuk kemali ke Ayodya, tetapi Sinta malah memasuki Patala dan diterima oleh Dewi Pratiwi.
• Mahabarata
Seperti halnya Ramayana, Mahabarata juga digunakan sebagai acuan, dan terdiri dari 18 parwa, yaitu:
1. Adiparwa, mengisahkan leluhur Pandawa dan Korawa, diantaranya juga mengisahkan Raja Duswanta-Dewi Sakuntala (orangtua Barata). Juga dikisahkan riwayat kelahiran Destarata dan Pandu serta kelahiran anak-anaknya dan perangainya. Asal muasalnya perselisilah Pandawa dan Korawa.juga sayembara di pancala. Sering disebut LULUHUR PANDAWA.
2. Sabha parwa, persidangan para putra mahkota, perjudian dengan dadu yang berakibat Pandawa harus masuk hutan Kamiaka slama 12 tahun. Sering disebut PANDAWA DADU
3. Wana parwa, kehidupan selama pengembaraan Pandawa di hutan.
4. Wirata parwa,penyamaran Pandawa selama satu tahun di negara Wirata. Terbunuhnya Kaecaka.
5. Udyoga parwa, persiapan Baratayuda, memint bantuan negara sahabat. Kresna menjadi duta Pandawa untuk meminta Amarta. Dalam padalangan Sunda, Sering disebut bab KRESNA DUTA.
6. Bisma parwa, mengisahkan keperwiraan Resi Bisma dalam memimpin bala Korawa. Bisma dikalahkan Dewi Srikandi yang merupakan titisan Dewi Amba.
7. Drona parwa, mengisahkan taktik perang yang digunakan bala Korawa dibawah pimpinan Resi Dorna. Resi Dorna gugur karena kecintaannya kepada anaknya Aswatama yang didengarnya sudah gugur dan percaya akan kata-kata Samiaji.
8. Karna parwa, pertempuran Karna sebagai Mahasenapati Korawa melawan Arjuna. Karna gugur. Cerita ini lebih terkenal dengan nama KARNA TANDINGAN atau KARNA TINANDING.
9. Salya parwa, pertempuran Mahasenapati Salya. Salya terkena panah Samiaji akibat supata Resi Bagaspati, mertua Salya.
10. Sauptika parwa, penyerbuan tiga pahlawan Korawa, dipimpin Aswatama dan berhasil membunuh Drestajumena, Srikandi dan Pancawala. Aswatama dikutuk oleh Batara Kresna, sehingga sukmanya “berada di dalam tanah”.
11. Stri parwa, mengisahkan kesedihan janda-janda dari kedua belah pihak.
12. Santi parwa, nasihat kewajiban dan tugas Kepala Negara dari Kresna, serta dari Bisma, agar tenang tenteram mengurus negara, serta persiapan kurban kuda.
13. Anusasana parwa, nasihat Resi Bisma sebelum meninggal
14. Aswamedika parwa, korban kuda, upacara pelantikan Semiaji jadi raja.
15. Asramawasana parwa, Destarata,Dewi Gandari dan Dewi Kunti, bertapa di hutan, dan meninggal akibat kebakaran hutan.
16. Mausala parwa, mengisahkan meninggalnya Prabu Baladewa dan Batara Kresna. Negara Meralaya ditelan ombak, rakyat Meralaya musnah akibat saling gada. Batara Krena meninggal akibat terpanah kakinya.
17. Mahasprahastanika parwa, mengisahkan Semiaji menyerahkan tahta Astina kepada Parikesit. Selanjutnya pandawa mengadakan perjalanan suci ke Himalaya. Masing-masing Pandawa mninggal kecuali Semaji.
18. Swargarohana parwa, buku terakhir. Semaji melihat saudara-saudaranya di neraka dan Korawa di sorga- yang kemudian bertukar tempat, Pandawa berada di sorga.
Dalam kisah Mahabarata terdapat cerita/lakon yang tidak dapat dengan begitu saja dipergelarkan, yaitu Barata Yuda (Perang Barata), namun kisah-kisah ini paling menarik masayarakat. Sehingga Baratayuda ini penyajian pagelarannya dibagi dalam 24 lakon:
1. Kresna Duta, Kresna menjadi utusan Pandawa, namun Korawa tetap pada pendiriannya, yang akhirnya diputuskan untuk tetap berperang.
2. Jaya Seta, Gugurnya Seta oleh Resi Bisma.
3. Jaya Renyuan, gugurnya Abimanyu oleh Jayadrata, oleh senjata Gagak rancang, sehingga tubuhnya dipenuhi panah.
4. Jaya Tigasan, Arjuna sedih atas kematian Abimanyu, dan membalas dendam kepada Jayadrata. Jayadrata gugur oleh Arjuna.
5. Jaya Perbangsa, gugurnya Gatotkaca akibat senjata Konta yang digunakan Adipati Karna.Konta menghilang bersama sukma Gatotkaca, layaknya sebuah keris yang masuk ke dalam warangkanya, karena warangka Konta ada dalam pusar Gatotkaca.
6. Jaya Jamabakan, matinya Dursasana oleh Bima. Darah Dursasana digunakan untuk mencuci rambut Dewi Drupadi serta juga diminum Bima.
7. Karna Tinanding, gugurnya Adipati Karna oleh Arjuna.
8. Jaya Lenglengan, gugurnya Prabu Salya oleh Darmakusumah, yang juga dibantu oleh supata Resi Bagaspati (mertua Salya)
9. Jaya Lenggakan, gugurnya resi Dorna oleh Drestajumena, setelah dibohongi bahwa Aswatama mati.
10. Jaya Sebitan, binasanya Patih Sangkuni oleh Bima, dengan menghantam mulut Sangkuni.
11. Jaya Pupuan, gugurnya Prabu Suyudana oleh Bima. Suyudana membilas badannya dengan minyak Renggatala/Kamandungu sehingga kebal, tetapi paha (PUPU) kirinya tidak kena minyak, karena sudah habis. Paha Suyudana menjadi titik matinya Suyudana, dan dipukul Bima.
12. Jaya Gangsiran, dibunuhnya Drestajumena, Pancawala dan Srikandi oleh Aswatama, pada saat tidur di kemah. Aswatama dikutuk Kresna, sukmanya ber”edar di dalam tanah.
13. Jaya Sunggal, matinya anak-anak Raja Wirata : Wirasangka terbunuh oleh Resi orna dan Utara oleh Prabu salya.
14. Jaya Ampuwalikal, gugurnya Irawan,anak Arjuna, oleh Kalasrenggi. Kalasrenggi dibunuh Arjuna
15. Jaya Prabata, mengisahkan Sang Prabata, wasu bungsu yang menitis kepada Bisma melawan Srikandi titisan sukma Dewi Amba. Resi Bisma dipenuhi panah-panah Srikandi.
16. Jaya Lalewa, Dewi Siti Sondari, melakukan satia - labuh geni, karena meninggalnya Abimanyu.
17. Jaya Gandolan, mengisahkan gugurnya Burisrawa oleh Padmanagara/ Sencaki.
18. Jaya Gitikan, mengisahkan kematian Antaraeja, akibat menjiat tapak kakinya.
19. Jaya Kalamuncul, saat Arjuna dan Dipati Karna bertempur, muncul ular yang bernama Ardawalika, yang ingin membalas dendam kepada Arjuna, karena ayahnya dibunuh Arjuna. Dengan naihat Batara Kresna , Ardawalika dapat dibunuh.
20. Jaya Runiaga, mengsahkan Dewi Surtikanti melakukan satia-labuhgeni akibat gugurnya Dipati Karna.
21. Jaya Winagun, arjuna melawan walmuka, tetapi Kresna marah dan pulang ke Dwarawati.
22. Jaya Suminggar, Wisata mendakwa Batara Kresna, bahwa pelaku licik dibiarkan. Kresna mengatakan sukar melaksanakannnya karena perang yang hebat, tak dapat lagi membedakan mana yang benar dan yang curang.
23. Jaya Wigegela, Prabu salya bertengkar dengan Aswatama, karena Salya “curang” ketika menjadi kusir Dipati Karna.
24. Jaya Sumingkal, Resi Abiasa mengusir siluman danb para setan
Karena semua judul hampir menggunakan kata Jaya, maka dalam padalangan Sunda, Baratayuda disebut sebagai Perang Jaya.
• Wayang Madya, beberapa lakon yang sering dipagelarkan diantaranya: Bagawan Mayangkara (Anoman Mokswa), Gendrayana lahir, Gendrayana ngadeg, Raja Babad Memenang.
Daftar Pustaka
Arifh. Kerajinan Wayang Golek Giri Harja. http://arifh.blogdetik.com/kerajinan-wayang-golek-giri-harja/ (diunduh 27/9/10, 14.00)
Paningron, Bambang. Dunia Sukasman. http://www.facebook.com/group.php?gid= 87047196289&v=app_2373072738#!/topic.php?uid=87047196289&topic=8223 (diunduh 25/9/10, 08.10)
Pentas wayang ukur. http://www.tempointeraktif.com/hg/panggung/2010/04/11 /brk, 2010 0411-239498,id.html (diunduh 24/9/10, 17.22)
Sulistyawan. Wayang ukur, pembaruan seni pakeliran. http://indonesiaseni.com/seni-pertunjukan/peristiwa-pertunjukan/wayang-ukur-pembaharuan-seni-pakeliran.html (diunduh 24/9/10, 17.15)
Kesenian wayang golek. http://mandiri4evercom.blogspot.com/2010/08/kesenian-wayang-golek.html (diunduh 27/9/10, 13.05)
Wayang Golek Sunda (from Konten Digital Depkominfo RI). http://dwihimura.wordpress.com /2009/03/06/wayang-golek-sunda-from-konten-digital-depkominfo-ri/ (diunduh 27/9/10, 13.30)
Wayang Kulit Ukur. http://www.museumwayang.com/Wayang%20Kulit%20Ukur.html (diunduh 27/9/10, 12.33)
Artikel. http://www.isi.ac.id/main/index.php?categoryid=1&p2_articleid=183 (diunduh 27/9/10, 13.01)
Selasa, 23 November 2010
Langganan:
Postingan (Atom)